Siapa yang tidak kenal kelor (Moringa oleifera Lam.). Tanaman yang banyak manfaat, mudah budi dayanya serta memiliki potensi ekonomi yang menjanjikan.
Nama umum dari tanaman ini adalah kelor. Beberapa nama sebutan di daerah-daerah tertentu seperti Kelor (Jawa, Sunda, Bali, Lampung), Kerol (Buru), Marangghi (Madura), Moltong (Flores), Kelo (Gorontalo), Keloro (Bugis), Kawano (Sumba), Ongge (Bima) dan Hao fo (Timor).² Dalam satu buku rujukan empiris, Cabe Puyang Warisan Nenek Moyang, kelor disebut sebagai Kelintang.² Tanaman ini banyak ditanam orang pekarangan-pekarangan untuk pinjaman tanaman lain seperti sirih, cabe dan cincau.²
Kelor termasuk jenis tumbuhan perdu dengan tinggi pohon dapat mencapai 8 m. Pohon kelor tidak terlalu besar, batang kayunya getas dan cabangnya jarang. (Anonymous, 2004).¹
Kelor termasuk ke dalam famili Moringaceae yang memiliki daun berbentuk bulat telur dengan ukuran kecil-kecil bersusun majemuk dalam satu tangkai (Tilong 2012).¹
Bunganya berwarna putih terkumpul dalam pucuk lembaga pada bagian ketiak. Ada dua macam kelintang, yakni:
Di Indonesia daun kelor dikonsumsi sebagai sayuran dengan rasa yang khas, yang memiliki rasa langu dan juga digunakan untuk pakan ternak karena dapat meningkatkan perkembangbiakan ternak khususnya unggas. Selain dikonsumsi daun kelor juga dijadikan obat-obatan dan penjernih air (Anonymous, 2004).¹
Menurut Sharmila (2012), di dalam daun kelor juga mengandung enzim proteolitik.¹ Berdasarkan kandungan yang terdapat dalam daun kelor, saat ini daun kelor banyak dikonsumsi manusia hampir di seluruh dunia. Menurut Ghasi (2000), daun kelor di India digunakan untuk mengobati manusia yang mengidap penyakit jantung dan kegemukan hal ini didasarkan dari kemampuan daun kelor yang dapat mereduksi efek dari kolesterol. Selain itu daun kelor juga dimanfaatkan oleh anak-anak di India karena memiliki kandungan ß-karoten untuk mencegah defisiensi vitamin A. (Foild, 2007)¹
Pohon kelor sejak zaman dahulu telah tersebar di banyak tempat di dunia dan di Indonesia. Daun kelor secara luas telah digunakan sebagai bahan konsumsi makanan manusia, produk-produk farmasi, penjernihan air dan makanan hewan (Fuglie, 2001).
Tumbuhan kelor mengandung zat-zat: minyak terbang, minyak behen, mirosin, emulsin, protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, belerang, vitamin A, B1, B2, dan C.²
Kandungan kimia yang dimiliki daun kelor antara lain asam amino yang berbentuk asam aspartat, asam glutamat, alanin, valin, leusin, isoleusin, histidin, lisin, arginin, venilalanin, triftopan, sistein dan me thionin (Simbolan, 2007).¹
Menurut sumber lainnya daun kelor juga mengandung makro elemen seperti potasium, kalsium, magnesium, sodium, dan fosfor, serta mikro elemen seperti mangan, seng, dan besi. Daun kelor merupakan sumber provitamin A, vitamin B, vitamin C, mineral terutama zat besi. Fuglie (2001), menyebutkan kandungan kimia daun kelor per 100 g.¹
Di Afrika dan Asia, daun kelor direkomendasikan sebagai suplemen yang kaya zat gizi untuk ibu menyusui dan anak pada masa pertumbuhan (Fuglie, 2001).¹
Khasiat daun kelor yang lain adalah sebagai obat sakit kuning, obat sakit mata, obat haid yang tidak teratur, obat pusing, obat sesak nafas, ekspektoran (obat yang dapat memudahkan pengeluaran dahak atau getah radang dari paru-paru), encok, obat mual dan penguat tubuh atau tonik (Anonymous, 2004).¹
Sedangkan manfaat empiris yang dapat kita temukan di buku ‘Cabe Puyang Warisan Nenek Moyang’ karya Sudarman Mardisiswojo & Harsono Rajak Mangun Sudarso, yang terbit tahun 1985, antara lain dapat digunakan dalam upaya penyembuhan seperti, mengatasi ruam-ruam pada kulit, asma, beri-beri, panu, encok (daunnya), kehilangan selera/rangsang, mual (bijinya), busung kelaparan, gusi berdarah, ayan, tidak teratur datang haid, kepala pusing, terkilir, digigit ular berbisa, untut, pitam (akarnya yang segar), kencing nanah (akar dan daunnya), urat saraf lemah (semua bagiannya).² Untuk penggunaan dapat merujuk pada sumber informasi di atas, pada buku 2.
Saya masih ingat, saat Badan POM masih memiliki Direktorat Obat Asli Indonesia, Direktorat ini banyak menerbitkan buku bagus salah satunya buku “Serial The Power Of Obat Asli Indonesia Kelor.” Penerbitnya Badan Pengawas Obat dan Makanan Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen Direktorat Obat Alami Indonesia tahun 2016.
@AFJ
Sumber :
¹ Dr. Ir. Sudarminto Setyo Yuwono, M.App.Sc, Dekan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Malang | 24 August 2015
² Cabe Puyang Warisan Nenek Moyang, Sudarman Mardisiswojo & Harsono Rajak Mangun Sudarso, 1985