Catatan dari Lomba Menulis Jamu Nusantara 2025

Sabu, Kesenangan Semu yang Membunuhmu
07/02/2025
Jamu: Cinta yang Diracik, Bukan Dideklarasikan
07/04/2025
Show all

Catatan dari Lomba Menulis Jamu Nusantara 2025

Catatan dari Lomba Menulis Jamu Nusantara 2025

Beberapa waktu yang lalu telah usai rangkaian kegiatan Hari Jamu di LKP-LPK Janaaha. Seperti diketahui, tanggal 27 Mei diperingati sebagai Hari Jamu Nasional. Tidak terasa sudah tujuh belas tahun Hari Jamu dilangsungkan sejak diresmikan pertama kali oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 27 Mei 2008 di Istana Negara.

Setelah pengakuan UNESCO pada tanggal 6 Desember 2023 di Kasane, Republik Botswana, terhadap Budaya Sehat Jamu resmi menjadi Warisan Budaya Takbenda (WBTb) ada banyak PR buat kita semua.

Kini, jamu bukan lagi sekadar suatu produk obat bahan alam, namun menjadi bagian dari identitas budaya Indonesia. Kita teruskan perjuangan agar jamu terus menjadi warisan kesehatan alami dari nusantara sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia selama berabad-abad.

Salah satu upaya dan kontribusi LKP-LPK Janaaha turut serta menjalankan amanah melestarikan Jamu Wellness Culture adalah melalui lomba mewarnai, melukis, membuat desain poster serta menulis dengan tema jamu dan budaya sehat dengan jamu. Harapannya dengan yang kegiatan yang sederhana ini dapat mendukung upaya pemerintah dan seluruh pihak terkait dalam upaya pengembangan dan pemajuan Jamu Nusantara Jamu Indonesia.

Lomba Menulis Jamu Nusantara, Sebuah Ulasan Dewan Juri

Dari 105 tulisan yang masuk, akhirnya diseleksi menjadi 19. Kesembilan belas tulisan tersebut diseleksi berdasarkan kriteria penilaian yang akhirnya lolos 7 tulisan. Tujuh tulisan disaring lagi menjadi 4 tulisan dan akhirnya terpilih 3 tulisan besar.

Banyak tulisan bagus yang masuk namun harus diseleksi lagi tulisan mana yang sesuai dengan tema. Ada tulisan yang bagus secara penuturan dan penulisan (sesuai EYD) tapi kurang sesuai dengan tema tulisan.

Ada yang terjebak dalam tulisan jamu sebagai warisan, sehingga hanya menjelaskan cerita lama minum jamu (kebanyakan menyebut figur nenek dalam tulisan). Kenangan minum jamu atau resep membuat jamu. Khasiat jamu hanya berdasarkan pada warisan cerita kurang didukung ilmiahnya.

Ada yang menulis tulisan terkait khasiat jamu secara ilmiah namun hanya menyebut satu dua bahan jamu (kunyit, jahe). Tulisan terkesan sebagai penggambaran khasiat sebuah produk (kunyit atau jahe) sehingga berbau promosi atau iklan sebuah produk.

Ada yang mencoba merangkum kekinian (kafe jamu) namun minim memberikan inovasi baru. Hanya menggambarkan life style cara minum jamu yang sudah banyak tersebar.

Tiga finalis (104, 9, 53) menurut kami telah mencukupi dan sesuai dengan tema lomba tulisan. Memberikan data secara ilmiah tentang khasiat jamu dan menawarkan inovasi sehingga pembaca tertarik untuk minum jamu. Mengajak orang kembali minum jamu bukan berdasarkan romantisme zaman dulu, namun disertai data-data ilmiah yang dibutuhkan generasi zaman sekarang. Pembaca disadarkan bahwa jamu mengandung banyak zat yang dibutuhkan untuk menyembuhkan penyakit yang selama dikenal hanya dikandung di obat-obat kimia.

Mengajak generasi sekarang minum jamu berdasarkan riwayat khasiat zaman nenek mereka dulu sepertinya kurang mengena. Anak-anak zaman sekarang mempercayai sesuatu dengan bukti ilmiah bukan berdasarkan cerita lama (folklor).

Ketiga tulisan finalis mampu membawa jamu sebagai warisan budaya yang dikemas dengan kekinian tanpa harus menghapus budayanya. Gaya menulis mereka juga enak dibaca, tidak terkesan berat/serius layaknya makalah atau karya ilmiah. Terasa features-nya.

Hasil karya menulis dari ketiga juara dapat kita simak pada unggahan setelah tulisan ini. Disusul kemudian empat tulisan lainnya untuk melengkapi hazanah kita dari tujuh karya terbaik pada event Lomba Jamu Nusantara 2025 ini. Selamat menikmati.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *