1. Obat merupakan komponen pendukung utama dalam pelayanan kesehatan, sehingga upaya pembangunan kesehatan senantiasa memperhatikan pembangunan di bidang kefarmasian. Hampir seluruh model pengobatan penyakit dalam dunia kedokteran menggunakan obat, sehingga kehadiran obat dapat selalu dipastikan pada setiap keberadaan pelayanan kesehatan.
2. Melalui Kebijakan Obat Nasional, Pemerintah berusaha semaksimal mungkin untuk menjamin ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat, terutama obat esensial.
3. Penggunaan obat tradisional telah berkembang dan menjadi semakin dekat dengan masyarakat. Obat tradisional juga tengah dikembangkan sebagai bahan baku produksi obat. Antara lain; artemisin yang digunakan sebagai bahan baku obat malaria.
4. Obat tradisional tidak hanya dimanfaatkan bagi orang sakit, tapi juga digunakan oleh orang sehat, sebagai upaya pemeliharaan agar tetap sehat. Pangsa pasar yang besar pada saat ini justru orang sehat yang sadar akan pemeliharaan kesehatannya. Jadi, peranan Obat Tradisional di Indonesia dalam menjaga kesehatan masyarakat tak terbantahkan.
5. Pemerintah senantiasa membuka kesempatan inovasi bidang obat tradisional dalam rangka pembangunan kesehatan, termasuk perekonomian nasional.
6. Dunia kefarmasian nasional juga tidak luput dari fenomena ketergantungan terhadap bahan baku impor yang mencapai 95%. Nilai impor beberapa bahan aktif farmasi menunjukkan peningkatan yang pesat selama periode 2001 – 2007.
7. Pada tahun 2007, total nilai impor bahan farmasi penting mencapai USD 211,7 juta, 59% diantaranya adalah bahan baku antibiotik.
8. RRC dan India merupakan sumber impor bahan baku utama bagi industri farmasi di Indonesia. Indonesia mencatat nilai impor sebesar USD 76,5 juta dari RRC untuk bahan baku antibiotik, bahan vitamin dan hormon, parasetamol, antalgin, dan antipirin. Impor bahan baku serupa dari India tercatat sebesar USD 25 juta. Kondisi ini senantiasa mendorong pemerintah untuk berusaha menggapai kemandirian di bidang industri kefarmasian nasional.
9. Indonesia termasuk mega-centre keaneka-ragaman hayati, namun belum banyak dimanfaatkan. Ekspor masih dalam bentuk raw material (bahan mentah dan simplisia kering) yang mempunyai nilai ekonomi rendah jika dibanding dengan ekspor dalam bentuk ekstrak. Jika kemampuan riset dan teknologi ditingkatkan dan diintegrasikan, tidak mustahil Indonesia akan mandiri dalam penyediaan obat dan tidak tergantung dengan impor bahan baku.
10. Diperkirakan 40.000 spesies tumbuhan hidup di muka bumi ini, 30.000 di antaranya tumbuh di Indonesia. Dari jumlah itu, baru sekitar 180 spesies dimanfaatkan sebagai bahan oleh industri obat tradisional.
11. Lima tanaman obat tradisional unggulan untuk pasar nasional dan internasional, yaitu 1) temulawak, 2) kumis kucing, 3) cabe jawa, 4) artemisia dan 5) sambiloto. Saat ini telah diketahui sekurang-kurangnya 950 jenis tanaman obat yang sudah diteliti kegunaannya.
12. Kesungguhan Pemerintah dalam mendorong kemajuan dunia obat tradisional Indonesia ditunjukkan melalui penetapan SK Menkes No. 381/Menkes/SK/III/2007 tentang Kebijakan Obat Tradisional Nasional (KOTRANAS). Kebijakan ini mengatur pemanfaatan obat tradisional mulai dari hulu sampai hilir. Bukan hanya penggunaan, tapi juga aspek bisnisnya.
Tujuannya adalah:
1) Mendorong pemanfaatan sumber daya alam dan ramuan tradisional secara berkelanjutan untuk obat tradisional dalam peningkatan pelayanan kesehatan.
2) Menjamin pengelolaan potensi alam Indonesia secara lintas sektor agar mempunyai daya saing tinggi sebagai sumber daya ekonomi masyarakat dan devisa negara berkelanjutan.
3) Tersedianya obat tradisional yang terjamin mutu, khasiat, keamanan, teruji secara ilmiah dan dimanfaatkan secara luas untuk pengobatan sendiri maupun pelayanan kesehatan formal.
4) Menjadikan obat tradisional sebagai komoditi unggul yang memberi multi manfaat, yaitu meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat, memberi peluang kesempatan kerja, dan mengurangi kemiskinan.
13. Saat ini tercatat 444 industri obat tradisional yang menjalankan usahanya di Indonesia. Jumlah yang besar ini diharapkan dapat menjadi mitra pemerintah dalam mencapai tujuan Kebijakan Obat Tradisional Nasional tersebut.
14. Industri herbal medicine dan health food mulai dari industri besar, menengah, kecil dan rumah tangga terus meningkat pesat. Tercatat pasar ekspor senilai US$ 30-40 juta, dan perkiraan total pasar domestik senilai lebih dari Rp 2 triliyun/ tahun. Tentu ini menjadi penghasil devisa negara dari sektor riil non migas. Dengan intensifikasi nasional, maka Indonesia akan menjadi sumber bahan baku obat, baik obat modern maupun obat tradisional yang berhasiat, aman dan berkualitas.
15. Community empowerment termasuk farmer empowerment praktis akan meningkatkan pemanfaatan tenaga kerja dan menipiskan angka pengangguran. Pembinaan dalam budidaya dan pasca panen tanaman obat yang merupakan simpul utama dari supply chain industri akan meningkatkan produk dan pasokan unggulan bahan baku obat.
16. Depkes mempunyai unit khusus yang meneliti dan mengembangkan tanaman obat dan obat tradisional, yaitu B2P2 TO-OT (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional). Balai ini mempunyai lahan seluas kurang lebih 15 hektar di lokasi yang sangat indah di lereng gunung Lawu, Tawangmangu, Kabuaten Karanganyar. Di Balai ini telah diteliti sekitar 950 spesies tanaman berkhasiat obat, 12 diantaranya sudah diuji klinis oleh BPOM. (1.Echinaceae, 2.Kumis Kucing, 3.Sledri, 4.Temulawak, 5.Bawang Putih, 6.Kunyit, 7.Jambu Biji, 8.Meniran, 9.Stevia, 10.Jahe Merah, 11.Pare, 12.Tribulus).
17. Di Balai Tawangmangu juga dibuka Klinik Pengobatan Tradisional “Hortus Medicus” yang melayani pasien umum. Demikian pula di RS Soetomo – Surabaya, juga dibuka klinik pelayanan serupa.
18. Di B2P2 TO-OT terdapat:
• Kebun riset Tlogodlingo, antara lain berisi:
a. Artemisia annua terstandar, sebagai obat antimalaria (artemisinin) bekerjasama dengan LIPI, Balitro, IPB dan Kimia Farma.
b. Stevia rebaudiana, dengan kandungan steviosid sebagai pemanis alami rendah kalori.
c. Pempinella alpina (purwoceng) yang telah terstandar sebagai aprodisiaka.
d. Aromatic and subtropic garden, berisi berbagai tanaman obat yang menghasilkan minyak atsiri (adas, nilam, sereh minyak, kayu putih, akar wangi, rosmarin, piretrum, daun seribu, geranium, dll), Thymi vulgaris (obat batuk), Digitalis purpurea (penguat jantung), Krangean (Litsea cubeba aprodisiaka), dll.
• Laboratorium Litbang (fitokimia, galenika, fermakognosi, dll).
• Rencana pembangunan gedung “SINEMA LITBANG FITO-MEDIKA”. Gedung tersebut akan berfungsi sebagai sarana edukasi dan rekreasi, antara lain:
a. Sinema tanaman obat dan obat tradisional Indonesia
b. Pusat data dan informasi tanaman obat seluruh indonesia
c. Museum antara lain: herbarium, alat pembuat tradisional, spa dan lain-lain.
Silahkan merujuk pada: http://www.depkes.go.id/downloads/lembar_fakta_tanaman_obat.pdf