Indonesia punya ribuan jenis tanaman bermanfaat yang bisa dikembangkan jadi jamu herbal. Dari sekian banyak, ada satu tanaman yang paling banyak digunakan karena memiliki khasiat paling beragam yakni temulawak (Curcuma xanthorrhiz).
“Temulawak itu ibarat induk dari segala jamu. Sekitar 70 persen pengusaha jamu pasti memakai temulawak,” kata Dr Charles Sareang, Ketua Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional Indonesia dalam seminar ‘Sehat, Cerdas dan Produktif dengan Djamoe’ di Gedung Kementerian Kesehatan, Jl HR Rasuna Said, Jakarta, Senin (19/11/2012).
Sebagai bahan obat tradisional, temulawak sendiri punya beragam manfaat misalnya sebagai antioksidan untuk menghambat penuaan dini maupun kanker. Tanaman ini juga memiliki khasiat hepatoprotektif, yang artinya bisa melindungi hati dari risiko kerusakan akibat terlalu banyak mengonsumsi obat.
Hebatnya lagi, manfaat temulawak bisa semakin beragam ketika digabungkan dengan tanaman herbal yang lain. Direktur Bina Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif dan Komplementer dari Kementerian Kesehatan, Dr H Abidinsyah Siregar, DHSM, MKes membenarkan hal itu.
“Semua yang mengandung kurkuma (temulawak) ternyata adalah yang terbaik. Kalau digabung dengan tanaman apapun bisa menghasilkan manfaat yang luar biasa. Sampai Amerika pun ngejar-ngejar (ingin meneliti herbal tersebut),” kata Dr Abidinsyah.
Dikatakan oleh Dr Abidinsyah, Indonesia punya sekitar 30 ribu tanaman herbal dan 9 ribu di antaranya terbukti berkhasiat. Namun dari sekian banyak, baru 38 tanaman yang telah dibuktikan manfaatnya secara praklinis pada hewan uji, sedangkan yang terbukti secara klinis pada manusia baru 6 tanaman.
Upaya untuk makin memperkenalkan jamu dan obat tradisional sebagai pendamping pengobatan moderen terus dilakukan oleh Kementerian Kesehatan melalui program saintifikasi jamu. Diharapkan pada tahun 2014, 50 persen kabupaten dan kota di Indonesia sudah punya Puskesmas yang dijadikan model pelayanan obat tradisional. (detik)