ini merupakan liputan dari kegiatan Talkshow KISAH SUKSES Penerap SNI yang diselenggarakan oleh Badan Standardisasi Nasional dalam rangkaian acara INDONESIA QUALITY EXPO (IQE) 2015. Semoga dapat mengispirasi UMKM di Indonesia.
Terhitung mulai tanggal 1 Januari 2016, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) mulai efektif diberlakukan di seluruh Negara anggota ASEAN. Dampaknya, para pelaku industry nasional harus siap dan harus menjadi tuan rumah di negeri sendiri agar mampu bersaing dengan produk Negara ASEAN lainnya. Standardisasi dapat digunakan sebagai salah satu alat kebijakan pemerintah dalam menata struktur ekonomi secara lebih baik dan memberikan perlindungan kepada masyarakat. Untuk menghadapi MEA, penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) sangat diperlukan. Dengan hilangnya hambatan biaya untuk memasuki pasar ASEAN, maka persaingan mengerucut kepada kualitas dan standar produk. Dengan penerapan SNI, diharapkan produk dalam negeri Indonesia tidak hanya mampu berjaya di pasar Indonesia, namun juga mampu menguasai pasar ASEAN.
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) pun tidak lepas dari tantangan global yang berat ini. Industry UKM harus mampu bertahan dari ancaman gempuran produk impor yang masuk ke Indonesia. Oleh karena itu, sektor industry ini perlu mendapat perhatian khusus, baik dalam bentuk pembinaan maupun pendampingan dalam penerapan standar.
Agar para pelaku UKM yang belum menerapkan SNI mendapat inspirasi dari para pelaku UKM yang telah sukses dalam menerapkan SNI, Badan Standardisasi Nasional (BSN) mengadakan talkshow kisah sukses manfaat penerapan SNI dalam meningkatkan daya saing produk di Jakarta Convention Center dalam rangkaian acara Indonesia Quality Expo 2015 pada 10 November 2015.
Talkshow ini menghadirkan 3 narasumber dari UKM yang pernah meraih SNI Award, yaitu Hartini Darmono dari Bandeng Presto UD Mina Makmur, Iwan Suryanto dari PT Sinjaraga Santika Sport, dan Agus Duriat dari PT Bahagia Jaya Sejahtera.
UD Mina Makmur adalah produsen bandeng presto yang berlokasi di kota Semarang, Jawa Tengah. Hartini Darmono, sang pemilik, sangat peduli dengan keamanan produk bandeng prestonya, sehingga memutuskan untuk menerapkan SNI 4106:2009 tentang bandeng presto agar kualitas produknya selalu terjamin dan aman dikonsumsi oleh konsumennya.
PT Sinjaraga Santika Sport merupakan produsen bola sepak yang berasal dari majalengka, jawa barat. Karena kualitasnya yang baik, PT Sinjaraga Santika Sport dipercaya oleh FIFA dan ADIDAS untuk memproduksi Fevernova – bola resmi Piala Dunia 2002, dan Jabulani – bola resmi Piala Dunia 2010. Walaupun sudah go international, Iwan Suryanto tidak lupa akan negara asalnya. Iwan juga memproduksi bola sepak bermerek “Triple S” untuk Indonesia, dengan menerapkan SNI 2180:2014 tentang bola sepak. Iwan ingin agar bola sepak yang dijual di Indonesia pun berkualitas, sesuai dengan standar Indonesia.
Adapun PT Bahagia Jaya Sejahtera adalah produsen alat produsen alat pertanian yang telah SNI 7429:2008 tentang mesin perontok padi tipe pelemparan jerami. Dengan menerapkan standar, kualitas dan keamanan alat pertanian mereka menjadi lebih terjamin.
Talkshow yang dimoderatori oleh Ananto Pratikno dari komunitas Tangan Di Atas ini juga mengupas latar belakang ketiga narasumber tersebut untuk menerapkan SNI, kendala yang dihadapi, serta upaya mereka dalam proses sertifikasi oleh lembaga sertifikasi produk (LS Pro). Dalam talkshoew ini, mereka sepakat bahwa penerapan SNI tidaklah menyulitkan pelaku UKM, namun justru dapat membantu menjaga konsistensi mutu serta memberikan added value bagi produk mereka. (BSN.go.id)