Stroke merupakan masalah kesehatan dan perlu mendapat perhatian khusus. Stroke mengakibatkan penderitaan pada penderitanya, beban sosial ekonomi bagi keluarga-penderita, masyarakat, dan negara. Stroke dapat menyerang siapa saja dan kapan saja, tanpa memandang usia. Di Indonesia, setiap 1000 orang, 8 orang diantaranya terkena stroke. Stroke merupakan penyebab utama kematian pada semua umur, dengan proporsi 15,4%. Setiap 7 orang yang meninggal di Indonesia, 1 diantaranya karena stroke.
Demikian sambutan Menkes pada acara Peringatan Hari Stroke Sedunia, di depan Bundaran Hotel Indonesia (29/10). Sedikitnya 200 orang dari berbagai insiusi turut dalam acara ini, termasuk penderita stroke. Acara ini diselenggarakan oleh Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Turut hadir dalam acara tersebut, Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal Dr. Santi Anisa Hemi Faisal, Ketua IDI, Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indinesia (Perdossi) Jaya, dan Ketua Umum yayasan Stroke Indonesia (Yastrok). “Stroke dapat dicegah, dapat diobati dan penderita stroke dapat memperoleh kembali kualitas hidup mereka dengan perawatan jangka panjang yang tepat dan dukungan dari keluarga dan lingkungan,” kata Menkes.
Menkes menghimbau, untuk memperkuat upaya pengendalian dan mengurangi beban akibat stroke, masyarakat perlu mengetahui faktor risiko pribadi masing – masing seperti tekanan darah tinggi, diabetes dan kolesterol darah yang tinggi. Untuk itu, masyarakat perlu melakukan aktifitas fisik secara aktif dan olahraga secara teratur, menghindari obesitas dengan menjaga pola makan sehat dan seimbang, tidak mengonsumsi alkohol, menghindari asap rokok. Jika merokok segera mencari bantuan untuk berhenti merokok, mengenali tanda-tanda peringatan dari stroke serta mengetahui bagaimana tindakan yang harus dilakukan.
Direncanakan, tahun depan (2012) Kemkes akan melakukan kampanye besar pengendalian penyakit tidak menular, di antaranya pencegahan stroke. Salah satu bentuk kampanya adalah dengan membuat MOU dengan berbagai perusahaan taksi di Jakarta dan kota besar. Dengan MoU ini, akan dilakukan pelatihan bagi pengendara taksi untuk mengenali tanda-tanda stroke dan mengetahui kemana pasien itu harus dibawa, terang Menkes.
Menkes berharap kerjasama Yastroki dan Kemkes dalam mengembangkan petunjuk praktis untuk masyarakat berupa buku saku, atau dalam bentuk media lainnya seperti Ikatan Layanan Masyarakat tentang gejala stroke dan cara mengendalikan faktor resiko, cara mengatasi kegawat daruratannya, dan kemudian kemana akan membawa pasien stroke. (dpekes.go.id)